Citra produk merupakan persepsi masya-rakat terhadap produk yang
dihasilkan per-usahaan. Citra produk dibangun agar menjadi postitif di
mata publik, baik publik yang telah menggunakan produk itu maupun potensial customer
yang hendak dibidik agar mengkon-sumsi produk tersebut. Manakala citra
suatu merek produk telah menancap dalam pikiran konsumen, maka pada
saat dia mempunyai rencana untuk membeli barang sejenis produk tersebut
, yang pertama kali muncul dalam ingatan adalah merek produk yang sudah
tertancap di pikirannya . Sehingga secara reflek mereka membelinya.
Produsen sabun menggunakan bin-tang-bintang film
terkenal yang cantik untuk mempromosikan produknya. Harapannya adalah
publik mempersepsikan sabun pro-duknya dikonsumsi oleh bintang-bintang
film itu. produsen jamu menggunakan seorang
tokoh intelektual terkenal untuk mencitrakan konsumen penggunanya.
Produsen pelumas mempergunakan figur pembalap mobil formula sebagai
ikon untuk membagun citra produknya.
Pada era kompetisi semua perusahaan berlomba-lomba membangun
citra produknya. Sekali citra produk mengalami kecelakaan tergelincir
jatuh maka diperlukan ‘perjuangan’’ yang jauh lebih mahal untuk
mengangkatnya kembali. Kecelakaan bisa disebabkan dari dalam maupun
serangan dari luar. Beberapa minggu yang lalu ketika sebuah LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) mengeluarkan hasil penelitiannya bahwa
banyak minuman isotonik pengganti ion tubuh yang beredar di
Indonesia mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, maka
ramai-ramailah perusa-haan penghasil minuman isotonik itu pasang iklan
besar-besar di media massa untuk ”mela-wan” dan meyakinkan publik bahwa produk-nya aman untuk dikonsumsi.
Iklan untuk Mempertahankan atau Memperbaiki Citra Produk
setelah sedikit memahami tentang bagaimana dan sejauhmana efek iklan bekerja,
maka pembahasan kali ini seputar iklan yang berguna untuk
mempertahankan atau bahkan memperbaiki citra produk. Mengapa hal itu
perlu diperhatikan, sebab citra merupakan salah satu faktor keberhasilan sebuah perusahaan yang ingin memasarkan produknya, baik berupa barang maupun jasa.
Kita tentu masih ingat kasus yang menimpa sebuah produk biskuit, yang
pernah menjadi berita besar. Dimana biskuit yang sebenarnya cukup
dikenal masyarakat itu, diduga pernah tercemar oleh bahan berbahaya
(racun). Bahkan ada sejumlah korban yang harus dilarikan ke rumah
sakit, lantaran mengkonsumsi makanan tersebut. Untungnya pemerintah
segera melakukan tindakan, supaya dampak yang ditimbulkan tidak makin
meluas. Antara lain menghentikan sementara proses produksi di
perusahaan pembuat biskuit ini.
Melihat kasus itu, maka setelah sekian tahun lamanya, jelas produsen
biskuit yang sempat bermasalah tersebut tidak mendapat kepercayaan
konsumen. Karena masyarakat masih takut, jika memakan biskuit ini maka
akan keracunan. Upaya yang harus dilakukan, antara lain menerapkan
strategi promosi yang lebih intens dibanding sebelumnya. Dengan harapan
mampu menumbuhkan kembali kepercayaan konsumen, agar mau mengkonsumsi
produk yang dihasilkan. Apabila produsen biskuit tersebut tidak mau
berusaha memperbaiki citra produknya, maka lama-kelamaan konsumen akan
meninggalkannya. Apalagi belakangan muncul produk sejenis, tentunya
dengan kualitas lebih bagus, harga bersaing, kemasan menarik, kandungan
mineral atau vitamin yang banyak dan sebagainya.
Terlepas dari
contoh di atas, sebenarnya iklan memang dapat dipakai untuk
mempertahankan atau memperbaiki citra produk, atau bahkan perusahaan
itu sendiri. Tidak hanya sekadar memperkenalkan (launching) produk
baru, baik barang maupun jasa. Karena yang melihat citra produk bagus
atau tidak bukanlah produsen, tapi justru konsumen atau masyarakat yang
menjadi target group (market) produk tersebut. Seandainya sebuah produk
baik, maka produsen sudah memiliki satu poin supaya konsumen tertarik
membelinya. Kemudian baru pertimbangan harga, perbandingan dengan
produk sejenis, manfaat, kemasan dan lain-lain. Namun sebaliknya, jika
sebuah produk sudah dicap jelek apalagi “bermasalah,” maka konsumen
perlahan-lahan akan menjauhinya. Sehingga jangan kaget jika produk itu
tidak laku di pasaran.
Di sisi lain, pemasangan iklan sebuah produk
hendaknya disesuaikan dengan media massanya. Misal, produk kecantikan
dan alat-alat rumah tangga sangat tepat dimuat di majalah khusus
wanita. Namun demikian, media massa cetak lokal pun sebenarnya bisa
dipakai, tapi dalam salah satu halamannya harus ada berita yang memuat
kehidupan atau tren wanita masa kini. Artinya, segmentasi pasar dengan
target group yang ingin dicapai oleh produsen benar-benar tepat sasaran.
Referensi : http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/citra-produk-sebuah-perusahaan.html
Selasa, 29 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Las Vegas, NV Casinos, and Hotels | MapYRO
BalasHapus› 구리 출장마사지 Las-Vegas-and-Hotels- 논산 출장샵 › Las-Vegas-and-Hotels- Las Vegas, NV 충청남도 출장마사지 Casinos, and Hotels 거제 출장마사지 Near Las Vegas. 광주광역 출장샵